Rabu, 15 Agustus 2012

Untitle

Masihkah jiwa yang sama menyapa malam ini?
Diwaktu kelam merintih kedukaan
Bersama kerendahan diri yang mengemis iba
Dengan satu pinta dalam seribu bahasa

Sesak waktu tak menoleh sedetikpun
Mematung wajah nestapa dalam gundah
Bukan rindu namun rasanya serupa
Pahit dalam keindahan kuluman senyum

Tak mengapa tumpah ruah tangisan langit
Ditemani panah-panah hawa malam
Menusuk kulit setebal batu
Rintih bukan fisiknya
Batinlah yang mengerang
Duka yang teredam
Kecamuk amarah yang terpendam

Masih wujudlah yang menjadi topeng serupa kulit
Meski kebinatangan setiap saat hendak menerkam
Memangsa jiwa rapuh manusia
Namun terselamatkan oleh sebentuk rasa
Yang meski terbalas oleh luka
Namun mampu bersenandung suka cita
Karena asa pada dirimu seorang

Batas fana masih setebal lapis langit
Dengan birunya yang menutup gulita angkasa
Seperti penafsiranku pada rasa yang engkau pendam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar