Telah nampak paras keanggunan yang menghapus dingin pagi
Merangkul mimpi dengan hangat zirahnya
Bertengger angkuh memantulkan aura kembar dirinya
Membelah jernih membentuk jalan maya
Memanjang menuju horizon,terputus membumbung tinggi tak terjamah
Meski seolah mengajak ke singgasananya, ia beranjak perlahan, kian jauh dari sudut tatap
Hingga masanya tiba, ia akan tertelan gelap, beristirahat untuk bersua dalam siklus esok, lusa, dan entah kapan akhirnya
Selasa, 06 November 2012
Pagi di Taman Romansa
Senin, 10 September 2012
Lompatan Waktu
Bilakah kupinta waktu tuk terulang
Menghapus segala kepedihan bathinku
Hingga kuberada di masa denganmu
Dan kusinggahi hati yang tak terluka
Menempuh kisah yang sama
Kita hindari jalan yang kan memisah
Menyatu kita menguatkan langkah
Kerasnya rintangan tak lagi terasa
Perlahan hingga akhir masanya
Tak ada rapuh
Minggu, 09 September 2012
Paralel
Bukanlah wewangian bunga bila aromamu kuhirup
Bukanlah manis madu bila keningmu kukecup
Bukanlah kemilau bulan bila senyummu kupandang
Bukanlah belaian angin bila tubuhmu kudekap
Bukan hamparan alam yang membatasi kutajamkan inderaku
Meski indahmu terhalang oleh lapis langit sekalipun, hingga tak terjamah di pelupuk mataku
Namun bathinmu terasa dekat
Dan kudekap dengan hatiku
Diary Padaelo
Sebuah kisah dari sekumpulan sketsa…
Tertulis bersama waktu yang bergulir…
Terpahatkan melalui cengkraman hati…
Yang berteduh di bawah atap yang sama…
Yang berselimut dalam dingin yang sama…
Yang bermandikan peluh di terik yang sama…
Terkadang sindiran kecil membelalakkan mata…
Tak luput pula sentilan yang beruraikan air mata…
Hingga sapaan lembut sepat berasa…
Melalui sikap kita bercerita…
Dengan kesamaan yang berpadu keberagaman…
Apik dalam DIARY PADAELO, milik kita…
Kamis, 06 September 2012
Cinta...
Hidup mengajarkan banyak hal buat manusia
Saat terlahir, mengajarkan tangis
Tak hanya itu, tawa, kagum, marah, berkecamuk dalam satu raga
Mungkin disuatu waktu ia bercampur menjadi satu
Beradu dalam satu darah, satu fikiran, satu hati
Terkadang engkau menemui kebuntuan dalam melintasi jalan hidup
Meski tak semua manusia diberi anugerah untuk memahaminya
Cinta...
Simpel namun tak ringkas seperti tampaknya
Sebuah kerumitan dengan banyak defenisi dari berbagai persepsi
Kadang ia berarti bahagia,
Kadang ia berarti senyuman,
Kadang ia berarti kemesraan,
Kadang ia berarti pengorbanan,
Kadang ia berarti ego,
Kadang ia berarti luka,
Kadang ia berarti tak berbalas,
Kadang ia berarti pengkhianatan
Sulitnya mendefenisikan menggambarkan rumitnya ia
Bahwa ia tak butuh penjabaran, hanya untuk dirasakan
Ia tak butuh dicari, tapi untuk ditemukan
Ia tak butuh pengorbanan, namun untuk merelakan
Ia hakiki, batiniah, bukan fisik
Dan ia bukan untuk dibenturkan dengan defenisi orang lain
Karena cinta adalah kebenaran
Benar untuk semua defenisi
Minggu, 26 Agustus 2012
Kesepian
Kesepian...
Kesendirian...
Terbebas dari riuh dunia
Itulah pelarian
Di sanalah kedamaian
Bersamanya kubercumbu
Suatu taman luapan amarah
Suatu taman menyeka tangis
Suatu taman menyembunyikan luka
Dan kunikmati perihnya
Cukup untukku saja
Rabu, 15 Agustus 2012
Untitle
Masihkah jiwa yang sama menyapa malam ini?
Diwaktu kelam merintih kedukaan
Bersama kerendahan diri yang mengemis iba
Dengan satu pinta dalam seribu bahasa
Sesak waktu tak menoleh sedetikpun
Mematung wajah nestapa dalam gundah
Bukan rindu namun rasanya serupa
Pahit dalam keindahan kuluman senyum
Tak mengapa tumpah ruah tangisan langit
Ditemani panah-panah hawa malam
Menusuk kulit setebal batu
Rintih bukan fisiknya
Batinlah yang mengerang
Duka yang teredam
Kecamuk amarah yang terpendam
Masih wujudlah yang menjadi topeng serupa kulit
Meski kebinatangan setiap saat hendak menerkam
Memangsa jiwa rapuh manusia
Namun terselamatkan oleh sebentuk rasa
Yang meski terbalas oleh luka
Namun mampu bersenandung suka cita
Karena asa pada dirimu seorang
Batas fana masih setebal lapis langit
Dengan birunya yang menutup gulita angkasa
Seperti penafsiranku pada rasa yang engkau pendam
Selasa, 14 Agustus 2012
Rintihan Malam
Rintihku bersahutan pada Engkau di malam ini
Kumencoba segala yang terbesit di benak
Kulirik nafas-nafas yang melekat pada onggokan tubuh manusia
Lalu kumenengadah pada hamparan langit tanpa hias
Hanya gulita seperti sesak kelam dadaku
Langkah fikiran membutuhkan embun penyejuk dari-Mu
Wahai Yang Maha Menenteramkan Qalbu
Semakin larut kesadaran kian suntuk
Kupecah kesunyian dengan merangkai syair
Kutelusuri malam dengan goresan pena
Kulukis do'a membanjiri tiap halaman catatan kecilku
Sayangkah Engkau pada pendosa ini?
Yang seringkali lupa keagungan diri-Mu
Terlena gemerlap dunia yang fana
Seorang pemuda dengan cacat akalnya pada cinta-Mu
Dan tak pernah lagi tersadar anugerah itu
Lubang hitam yang Engkau tanamkan
Seperti ruh yang Engkau tiupkan pada raga
Sudikah Engkau membalikkan hitam hingga berpendar ia?
Sudikah Engkau Yaa Rabb?
Sudikah Engkau Wahai Yang Maha Membolak-balikkan Hati?
Kuberbisik...
Kumerintih...
Kulantunkan do'a...
Malam ini dengan kesaksian segala ciptaan-Mu
Kupasrahkan diri pada garis takdir-Mu
Senin, 13 Agustus 2012
Lakon Realita
Tak kuseru dirimu memadamkan keangkuhan
Meski tanya menyelimuti diriku
Menggigil di dingin badai memori
Kudekap rintik hujan yang tak berkumpul
Hingga lelah kesia-siaan
Alur takdir bukanlah naskah
Yang mudah tersentuh rekaan
Dan jika gelap pekat latar kisahku
Akan kujejer lampiun penerang
Lalu kutelusuri radius ke penghujung nafasku
Melepas bebas naluri liarku
Menyorot tajam mengamati
Melangkah perlahan di semak harapan
Terpaku dan kian mendekati
Kurayu acuh dirimu
Hingga hilang keengganan hati
Insting berpaling mencoba memupuk keyakinan
Kuawali keraguan sebagai figuran
Demi menampakkan dirimu satu
Dan satu-satunya pelakon utama
Sebuah kewajaran diriku terpinggirkan
Tertelan sorak kegaduhan
Berteman kesendirian
Engkau acuh, terbatasi waktu
Sabtu, 21 Juli 2012
Pelita Kesepian
Tak ada defenisi
Kosakata hilang dalam memori
Tak berucap tertahan di hati
Ratap hanya mengira
Naluri kesepian menyapa
Dibatasi pagar taman asa
Sesekali kulirik sekedar menajamkan rasa
Kucari kamus yang terselip entah dimana
Tertahan akal mereka-reka
Sunyi hanya seorang
Melukis dengan menerawang
Garis halus tiap lekuk rupawan
Pelita kesepian
Jauh jarak tak mengapa
Reduppun tak memudar cahayanya
Jumat, 18 Mei 2012
Mati
Engkau jauh bersama waktumu
Tak tertera segorespun namamu
Tanpa wadah dihamparkan tentangmu
Pada binar penyesalan, penantian, yang lumpuh kini
Putihnya awan, lambaian ilalang, dedaun yang berguguran, tak punya kata bahkan kosong untuk sebuah jawaban
Deret biner pun tak membelai ledak hatiku
Yang melepaskan, mati langkah, dan ciut nyalinya sejak tersulut tragedi
Kehilangan pelita kecilku
Kamis, 26 April 2012
Malam [Jingga...]
Jingga...
Ratap gundah dinaungi malam
Tatap lamunan kuberkisah
Karena Jingga...
Langka indah kejanggalan
Redup harap kumenatap lekat
Namun Jingga...
Diam tangis titik demi titik
Luput dingin kuterpana
Akankah Jingga...
Pudar memeluk pedih
Menyepuh karatan hingga kilau
Sebuah lamunan
Sekilas tatapan
Sebentuk keterpanaan
Secercah kilauan
Kusebut engkau...
Jingga...
Selasa, 21 Februari 2012
none
Bila dada tertancap panah
Melayang nalar terbuai impian
Terjatuh ego dihempas kekaguman
Menyiratkan perih dalam suka cita
Kuingin merangkai kisah
Namun akal melaknat kasih
Hanya dapat terpendam rapi
Menciutkan kehendak hati
Tahukah kau,
pungguk di malam hari???
Tahukah kau,
musafir di tengah sahara???
Tahukah kau,
merpati di dalam sangkar???
Ingin mereka adalah anganku!!!
Senin, 23 Januari 2012
ekspresi
Hening...
Setapak berbatu di bawah bulan baru
Dikelilingi sekelebat gulita tanpa setitik cahaya
Hanya sesekali tampak bayang fana
Mencoba menarik titik warna membentuk indah sebuah sketsa
Dalam gravitasi masa yang nyata
Namun telah berlalu termakan zaman
Berdiam diri seorang pemabuk cinta
Tersadar meski batinnya menggila
Bergumam lirih...
Bersiul dalam tangis...
Terkadang bersenandung sebuah asa
Gilakah bila cinta membutakan nyata dan fana?
Gilakah bila cinta bercerita kekesalan dalam kerinduan?
Gilakah bila cinta mengekspresikan kasar dalam sayang?
Dan sekali lagi...
Hening...